Oleh : Avan Fuad Nurseptyono, Afisya Azzahra, Raissa Maharani Sawitri
Abstrak
Di era digital, teknologi telah mengubah cara puisi ditulis, disebarluaskan, dan diterima oleh masyarakat, memungkinkan interaksi dinamis antara penulis dan pembaca serta integrasi elemen multimedia. Melalui penyimpangan leksikal, penulis dapat menciptakan kata-kata baru dan memperluas makna yang ada, sedangkan penyimpangan sintaksis dan morfologi memungkinkan eksplorasi struktur kalimat dan bentuk kata yang tidak konvensional. Analisis ini mengungkapkan bahwa penyimpangan kebahasaan memperkaya bentuk dan makna puisi, serta menambah kedalaman dan kompleksitasnya.
Kata Kunci
penyimpangan kebahasaan, puisi digital, sastra digital, kreativitas sastra
Pendahuluan
Di era sastra digital, puisi telah mengalami transformasi yang berubah secara signifikan dari segi bentuk tertulis dan didistribusikan (Iqbal Wahyudi & Wati, n.d.). Teknologi digital tidak hanya memudahkan akses terhadap karya sastra tetapi juga membuka peluang bagi para penulis untuk bereksperimen dengan bahasa dalam bentuk yang lebih dinamis dan kreatif. Perkembangan teknologi digital juga mempengaruhi cara puisi disebarluaskan dan diterima oleh masyarakat. Platform digital seperti jejaring sosial, blog, dan situs sastra memungkinkan puisi disebarluaskan lebih luas dan lebih cepat (Solihati, 2014). Hal ini menciptakan interaksi yang lebih dinamis antara penulis dan pembaca, di mana pembaca dapat memberikan masukan langsung dan berpartisipasi dalam diskusi mengenai karya tersebut. Selain itu, teknologi digital juga memungkinkan integrasi elemen multimedia seperti gambar, suara, dan video ke dalam puisi, sehingga menciptakan pengalaman yang lebih dalam dan multidimensi bagi pembaca.
Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisis bagaimana kosakata, sintaksis, dan morfologi puisi di era sastra digital berkontribusi dalam menciptakan ciri-ciri unik dan indah pada karya tersebut. Melalui contoh puisi digital, kita akan melihat bagaimana para penulis memanfaatkan teknologi untuk melampaui batas kebahasaan, menciptakan karya yang tidak hanya menarik secara estetika tetapi juga menggugah pikiran dan menggugah emosi di hati pembacanya. Dengan memahami perbedaan kebahasaan tersebut, kita bisa lebih mengapresiasi inovasi-inovasi yang dibawa era digital terhadap dunia puisi dan sastra secara umum. Analisis Hal ini akan memberikan wawasan baru kepada pembaca dan penulis tentang pentingnya fleksibilitas. dan kreativitas penggunaan bahasa, serta bagaimana teknologi digital dapat menjadi alat yang efektif untuk mengembangkan dan menyebarkan puisi. Dengan memahami lebih dalam mengenai penyimpangan linguistik dalam puisi digital, kita dapat lebih mengapresiasi orisinalitas dan kekayaan karya sastra dalam konteks budaya dan teknologi yang selalu berubah.
Kajian Pustaka
Berikut adalah beberapa jenis penyimpangan kebahasaan dalam karya sastra puisi pada era digital menurut (Henilia & Hum, 2021):
Penyimpangan Leksikal
Penyimpangan leksikal mengacu pada penggunaan kata-kata dengan cara yang unik, sering kali menciptakan makna baru atau memperluas makna yang sudah ada. . Dalam konteks digital, hal ini diungkapkan melalui penggunaan bahasa gaul Internet, neologisme, atau bahkan kata-kata yang diambil dari berbagai bahasa dan budaya. Misalnya, di platform media sosial dan blog, penulis sering kali menggabungkan katakata dari berbagai bahasa dan membuat istilah baru yang mencerminkan perkembangan budaya dan teknologi. Kesenjangan ini tidak hanya memperkaya kosa kata tetapi juga memberikan cara baru untuk mengekspresikan perasaan dan ide.
Penyimpangan Sintaksis
Penyimpangan sintaksis, sebaliknya, melibatkan perubahan struktur kalimat yang tidak mengikuti aturan tata bahasa standar. Penyimpangan ini menciptakan efek puitis yang unik dan sering kali mengejutkan pembaca. Di era digital, penulis mempunyai kebebasan untuk mengeksplorasi berbagai struktur kalimat yang unik, seperti menggunakan penggalan-penggalan kalimat pendek yang tidak lengkap atau bermainmain dengan susunan kata untuk menciptakan ritme dan rima yang menarik. Dengan demikian, penyimpangan sintaksis tidak hanya memperkaya bentuk puisi tetapi juga memberikan pengalaman membaca yang lebih dalam dan mengharukan.
Penyimpangan Morfologi
Penyimpangan morfologi melibatkan perubahan bentuk kata, dengan cara menambah, mengurangi, atau menggabungkan bentuk-bentuk yang tidak biasa. Dalam puisi digital, penulis sering kali membuat kata-kata baru atau memodifikasi kata-kata yang sudah ada untuk mencapai efek puisi yang diinginkan. Misalnya, penulis dapat menggunakan akronim, portmanteaus (menggabungkan dua kata menjadi satu), atau bahkan mengubah sufiks dan awalan untuk menciptakan nuansa baru pada kata yang digunakan. Penyimpangan morfologi ini menambah kedalaman dan kompleksitas puisi, sehingga penulis dapat mengeksplorasi berbagai lapisan makna dan emosi.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (BUKU METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF DR. NURSAPIA HARAHAP, M.HUM, n.d.). Metode ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari individu atau perilaku yang diamati.
Pembahasan
Berikut adalah beberapa contoh puisi pada era digital yang terdepat penyimpangan Bahasa sesuai dengan penyimpangan yang telah kami jelaskan:
- Judul: Apa Khabar
Karya: M.Emir
Dalam Instagram: @ruang_fikir_
Apa Kabar
Fahim, malam begitu puitis
Memorabilia sungguh romantis.
Di antara hening & jiwang
Ruang-masa membacakan sajak
Rindu pun tumbuh dalam metafora.
Saat melihat jendela membaca hujan jatuh seperti ketikan piano di tubuhnya, Aku menghitung sunyi sunyi yang membiarkan
Waktu membeku
Karena fajar tidak akan lagi menyala.
Apa khabar, persahabatan?
Apa khabar, kawan?
Apa khabar, fahim?
Puisi ini adalah nostalgia;
Dalam nostalgia ada sejarah;
Dalam sejarah ada nama;
Dalam nama ada kita & Kita berlakon daun kuning.
Dalam puisi di atas dengan judul “Apa Khabar”, terdapat beberapa penyimpangan Leksikal yang kami bisa temukan, berikut adalah hasil analisis kami terhadap berbagai penyimpangan Leksikal yang ada dalam puisi tersebut:
Penyimpangan Leksikal
Pada puisi “Apa Khabar” karya M.Emir kami menemukan penyimpangan leksikal, berikut bentuk penyimpangannya:
Di antara hening & jiwang
Ruang-masa membacakan sajak
Rindu pun tumbuh dalam metafora.
Kutipan diatas mengandung penyimpangan leksikal, yang terletak pada kata “amp; jiwang” dikarenakan, kata “amp; jiwang” tidak terdaftar dalam kamus besar bahasa Indonesia dan hanya bisa dipahami oleh penulis puisi itu sendiri. Sama halnya dengan kutipan berikut ini dalam puisi yang sama:
Apa khabar, persahabatan?
Apa khabar, kawan?
Apa khabar, fahim?
Yang merupakan sebuah penyimpangan Leksikal juga dan tidak terdapat pada kamus besar Bahasa Indonesia. Kata “khabar” seharunya ditulis tanpa menggunakan huruf “H” sehingga kata yang benar menjadi “kabar”.
- Judul: Buruj
Karya: Han Razak
Dalam Instagram: @ruang_fikir_
Buruj
Mendengar cerita semesta Meluah imej sakral
menulis dengan suci menggunakan bintang mencipta dan mencorakkan Aquarius
untuk pelayar pulang dan pergi beritahu aku bintang yang terkandung dalam diari?
buruj apa yang mahu kau lakar hari ini?
Dalam puisi di atas dengan judul “Buruj”, terdapat beberapa penyimpangan Sintaksis yang kami bisa temukan, berikut adalah hasil analisis kami terhadap berbagai penyimpangan Sintaksis yang ada dalam puisi tersebut:
Penyimpangan Sintaksis
Pada puisi “Buruj” karya Han Razak kami menemukan penyimpangan Sintaksis, berikut bentuk penyimpangannya:
Mendengar cerita semesta
Meluah imej sakral
Kutipan di atas mengandung penyimpangan Sintaksis, yang terletak pada kata “Mendengar cerita semesta” dikarenakan pada kutipan tersebut tidak terdapat subjek, hanya terdapat predikat berupa kata “Mendengar”.
menulis dengan suci menggunakan bintang mencipta dan mencorakkan Aquarius
Lalu pada kutipan puisi di atas “menulis dengan suci menggunakan bintang” juga mengalami penyimpangan sintaksis karena tidak terdapat subjek pada kutipan tersebut hanya terdapat predikat dan objek.
Judul: Berdamai dengan Suara Jiwa
Karya: Saella Leiado
Dalam Instagram: @ruang_fikir_
Berdamai dengan Suara Jiwa
Malam sirna rembulan menyala lampu neon merah putih bergemerlapan di mata gemersik bayu mengusik jiwa namun sayang, diriku ni hampa.
Tatkala si pungguk rindui si bulan namun kesian ditinggalkan keseorangan terkapai kapai antara suka tawa sedihnya hati tidak keruan.
Hati masih retak pertujuh namun diriku menghadap sang Maha Esa kerena segelanya telah tersurat oleh-Nya
Dalam puisi di atas dengan judul “Berdamai dengan Suara Jiwa”, terdapat beberapa penyimpangan Morfologis yang kami bisa temukan, berikut adalah hasil analisis kami terhadap berbagai penyimpangan Morfologis yang ada dalam puisi tersebut:
Penyimpangan Morfologis
Pada puisi “Berdamai dengan Suara Jiwa” karya Saella Leiado kami menemukan penyimpangan Morfologis, berikut bentuk penyimpangannya:
Tatkala si pungguk rindui si bulan namun kesian ditinggalkan keseorangan
Kutipan di atas mengandung penyimpangan Morfologis, yang terletak pada kata
“namun kesian ditinggalkan keseorangan” dikarenakan pada kutipan tersebut terdapat kata yang dituliskan dengan salah, yang seharusnya kata “kasian” dituliskan dengan huruf A, sedangkan pada puisi tersebut dituliskan dengan huruf E, yang membuat pembentukan katanya berubah menjadi “kesian” bukan
“kasian”.
Hati masih retak pertujuh
namun diriku menghadap sang Maha Esa kerena segelanya telah tersurat oleh-Nya
Sama halnya dengan kata “kerena” pada kutipan puisi di atas berikut ini, pembentukan kata yang disajikan pada kutipan puisi tersebut tidak sesuai kaidah kebahasaan indonesia, sebab pembentukan kata “kerena” disajikan dengan huruf E, sedangkan penulisan yang benar, menggunakan huruf A
Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan terlihat bahwa penyimpangan kebahasaan pada puisi era digital memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perkembangan bentuk dan makna puisi. Penyimpangan leksikal memungkinkan penulis menciptakan kata-kata baru dan memperkaya makna yang sudah ada, memberikan puisi nuansa unik. Di sisi lain, penyimpangan sintaksis membuka ruang eksplorasi struktur kalimat yang unik, sehingga menimbulkan efek puitis yang mendalam dan seringkali mengejutkan pembaca. Penyimpangan morfologi menambah kedalaman dan kompleksitas puisi dengan mengubah bentuk kata untuk mencapai efek estetika tertentu. Melalui berbagai bentuk penyimpangan tersebut, para penulis puisi digital dapat melampaui batas-batas bahasa tradisional, sehingga menciptakan karya yang lebih dinamis dan multidimensi. Hal ini menunjukkan bahwa era digital tidak hanya membawa perubahan teknologi tetapi juga peluang baru bagi kreativitas dan ekspresi seni dalam dunia sastra. Dengan memahami dan mengapresiasi penyimpangan kebahasaan tersebut, kita bisa lebih mengapresiasi inovasi-inovasi yang muncul dan melihat bagaimana teknologi digital berperan dalam perkembangan puisi kontemporer secara besar-besaran.
Penulis :
Avan Fuad Nurseptyono, Afisya Azzahra, Raissa Maharani Sawitri
Referensi
BUKU METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF DR. NURSAPIA HARAHAP, M.HUM.
(n.d.).
Henilia, D., & Hum, M. (2021). PENYIMPANGAN BAHASA DALAM SEBUAH PUISI. In
Jurnal Insitusi Politeknik Ganesha Medan Juripol (Vol. 4).
Iqbal Wahyudi, M., & Wati, R. (n.d.). FENOMENA SASTRA CYBER: TREN MENULIS CERITA SASTRA DALAM BINGKAI MEDIA SOSIAL.
Solihati, N. (2014). BAHTERA : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. In Tahun (Vol. 13, Issue 1).