PULAU MOROTAI- Akibat rute Tol Laut ke Kabupaten Pulau Morotai tidak diatur secara efisien dan optimal oleh Pemerintah, membuat pengusaha dan nelayan setempat merasa dirugikan, karena mutu ikan akan menurun dan transaksi nelayan berkurang.
Dimana saat ini terdapat ratusan ton ikan Tuna, Cakalang, Tongkol, Layang dan Baby Tuna mengendap di cold storage PT Samudera Morotai Indonesia, cold storage CV Mina Berkah Indonesia dan cold storage PT Harta Samudra. Ini disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pemkab Pulau Morotai, Yoppy Jutan, Kamis (1/9/2022).
Ia mengatakan, akibat dari rute Tol Laut yang masuk ke Morotai belum diatur secara baik dan maksimal oleh Pemerintah terkait, membuat selama bulan Agustus semenjak tanggal 7 hingga hari ini cold storage penuh, 24 hari ikan mengendap di cold storage Tiley dan SKPT Daeo Majiko.
“Sebanyak dua cold storage di Desa Tiley Kecamatan Morotai Selatan Barat (Morselbar) sudah full, sehingga pengepul tidak bisa beli dan menampung lagi ikan hasil tangkap nelayan. Selain itu, dua Cold Storage di SKPT Daeo Majiko, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel) dengan volume 200 ton dan 50 ton juga sudah mulai menumpuk, kondisi ini sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Lanjut dikatakan Jutan, seandainya bisa diurai dan ikan dapat terkirim setiap minggu, baik itu dalam negeri dan ekspor luar negeri, berarti saat ini sudah tiga kali lipat nilai transaksinya. Karena sudah tiga minggu lebih ikan tidak terkirim, dampak ekonomi yang ditimbulkan sangat besar baik pengusaha, nelayan maupun pemerintah daerah dirugikan.
“Misalnya stok full di Cold Storage Tiley ada 100 ton atau 100.000 kg. Jika rata-rata harga ikannya Rp12 ribu per kilogram maka ada nilai transaksi ke nelayan sekitar Rp1.2 miliar. Kalau lancar sistem transportasi dan pemasarannya, maka dalam sebulan bisa 3-4 kali lipat nilai transaksi di tingkat nelayan itu terjadi dan bisa menyejahterakan nelayan,” tegasnya.
Untuk itu, Yoppy berharap, saat ini dan kedepan agar layanan Tol Laut lebih dioptimalkan. Karena sudah dua bulan berturut-turut cold storage full dan ikan nelayan terpaksa harus di tolak. Padahal arus muatan balik Morotai terbanyak, ini sudah beberapa kali Morotai dapat award dari Kemenhub RI, sehingga Pemerintah Pusat sudah pikirkan harus ada tambahan armada baru Tol Laut.
Lanjutnya, selain itu menindaklanjuti aspirasi nelayan dan pengepul ikan di Morotai serta hasil pantauan selama tiga bulan terdapat potensi ikan sangat besar, maka DKP sudah menjejaki kerjasama untuk kapal angkut dari Bitung, Sulawesi Utara. Namun masih terkendala dengan kelayakan tambat dan labuh kapal yang tidak memenuhi syarat di Daeo Majiko.
“Tetapi, volume produksi pengiriman ikan antar pulau tahun 2018-2022 sesuai data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pulau Morotai adalah tahun 2018 sebanyak 759,113 kg, tahun 2019 sebanyak 657,970 kg, tahun 2020 sebanyak 580,941 kg, tahun 2021 sebanyak 808,196 kg dan tahun 2022 sampai dengan Agustus sebanyak 632,115 kg, Total 3.438.335 kg,” tutup Kepala DKP Pulau Morotai Yoppy Jutan.(*).