Tikep, Koridorindonesia.id– Pelantikan Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman sebagai Walikota dan Wakil Walikota Tidore Kepulauan oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/2/2025), bukan sekadar seremoni belaka. Ini adalah titik awal ujian bagi kepemimpinan kandidat yang berjargon MasiAMAN itu apakah janji-janji kampanye yang mereka gaungkan dari Nuku hingga Kaiyasa akan diwujudkan atau justru terkubur sebagai retorika politik yang tidak lebih dari sekadar alat meraih suara.
Ekspektasi publik tinggi, dan ingatan masyarakat terhadap visi-misi MasiAMAN masih segar. Mansur A. Dom, aktivis GMNI asal Desa Tului, mengingatkan bahwa pemenuhan janji politik bukan hanya soal menjalankan pemerintahan, tetapi juga tanggung jawab moral dan politik yang harus dipenuhi dengan keseriusan. Kredibilitas mereka juga dipertaruhkan.
Namun, realitas politik tidak pernah sederhana. Efisiensi anggaran yang dicanangkan Presiden Prabowo menjadi tantangan berat, terutama bagi daerah seperti Tidore Kepulauan. Dengan keterbatasan ruang fiskal, MasiAMAN harus mampu merumuskan strategi komunikasi dan tata kelola pemerintahan yang cerdas agar program-program unggulan mereka tidak sekadar menjadi slogan. Jika gagal, legitimasi politik mereka bisa runtuh, dukungan akar rumput melemah, dan kepercayaan publik terkikis, situasi yang bisa berujung pada ketidakstabilan pemerintahan.
Selain itu, distribusi kekuasaan dalam tubuh pemerintahan MasiAMAN akan menjadi sorotan. Posisi strategis dalam birokrasi tidak boleh hanya didasarkan pada loyalitas politik semata, tetapi harus mempertimbangkan kompetensi dan profesionalisme. Jika pengisian jabatan hanya menjadi ajang kompromi politik, maka alih-alih memperkuat pemerintahan, justru bisa menciptakan konflik internal yang menghambat pembangunan daerah.
Di sisi lain, tantangan menjaga dominasi politik PDI-Perjuangan di Tidore Kepulauan juga tak bisa diabaikan. Sebagai “kandang banteng,” eksistensi PDI-P di daerah ini akan diuji di tengah tekanan efisiensi anggaran. MasiAMAN tak hanya harus memastikan roda pemerintahan berjalan efektif, tetapi juga menjaga soliditas partai pengusung utama mereka di tengah dinamika politik nasional.
Masyarakat menanti langkah nyata dalam 100 hari pertama. Untuk itu, Mansur A. Dom menegaskan pentingnya Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman turun langsung ke desa-desa, berkomunikasi dengan masyarakat, serta melibatkan tim sukses mereka dalam memastikan program prioritas tersampaikan dengan jelas. Silaturahmi politik ini bukan sekadar menjaga citra, tetapi juga strategi merawat loyalitas pendukung dan mempertahankan kepercayaan publik terhadap kepemimpinan baru di Tidore Kepulauan. (Red*)