Taliabu, Koridorindonesia.id– Insiden ledakan speedboat milik almarhum Benny Laos di Dermaga Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara hingga hari ini masih terus diperbincangkan. Pasalnya, saat kejadian itu, para korban dievakuasi warga setempat kemudian dibawa ke RSUD Bobong dan sempat dikeluhkan oleh isteri Benny Laos karena alat kesehatan yang dianggap kurang memadai.
Meski begitu, setiap takdir Allah SWT sesungguhnya tidak ada yang mengetahui akhir dari sesuatu yang telah terjadi. Dalam insiden tersebut, 6 orang dinyatakan meninggal dunia termasuk dengan Benny Laos.
Namun, tenaga kesahatan RSUD Bobong mendapat keluhan oleh Isteri mendiang Benny Laos, Sherly Tjoanda karena disebut tidak layak pelayanannya. Padahal tenaga medis, baik para dokter dan perawat sudah berupaya semaksimal mungkin, namun apalah daya jika takdir berkata lain.
Insiden yang menelan nyawa 6 orang tersebut sungguh diluar nalar. Sejumlah crew speedboat Bela 72 pun merasa heran karena terjadinya ledakan berada tepat dari dalam speedboat yang secara tiba-tiba berpapasan dengan crew speedboat yang sedang melakukan pengisian BBM.
Atas keluhan Sherly Tjoanda terkait dengan pelayanan RSUD Taliabu tersebut mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan Pulau Taliabu. Kuraisia Marasaoly sebagai kepala dinas menjelaskan bahwa saat ini RSUD Bobong masih berstatus kelas D.
“Pelayanan tenaga kesehatan sudah dikerahkan semampunya dan memberikan pelayanan secara maksimal. Bahkan, sejumlah tenaga medis harus bekerja dari siang hingga pagi. Kami sudah menangani mendiang Benny Laos serta isterinya Sherly Tjoanda dan korban lainnya,” jelas Kuraisia.
Sementara terkait dengan keluhan Isteri mendiang Benny Laos, Kadinkes menyebutkan bahwa UPTD RSUD Bobong Masih berstatus D Pratama.
“Masih jauh dari sempurna, namun kesediaan obat, baik di rumah sakit, puskesmas maupun tempat praktik dokter selalu ada,” ucap Kuraisia.
Terkait dengan keluhan pasien dalam meminta obat di rumah sakit, kata Kuraisia, bukan karena tidak ada obat. Melainkan sesuai dengan ketentuan dan waktu pemberian.
“Kesediaan obat selalu ada. Kami berikan sesuai kebutuhan pasien, tetapi kalau keinginan yang mau lebih dari yang kita punya dengan status rumah sakit masih tipe D Pratama, mohon dimaklumi,” tandasnya.
Dikatakan, untuk alat kesehatan dan lainnya itu adalah ranahnya Direktur rumah sakit. “Kalau alat kesehatan dan lainnya itu ranahnya Direktur,” sebutnya.
Dinas Kesehatan saat ini sudah menjalin kerjasama dengan dua Rumah Sakit (RS) rujukan. Dua RS dimaksud ialah RS Luwuk dan RS Sula, untuk memudahkan rujukan pasien.
“Kami punya kerjasama di dua RS itu untuk mempermudah rujukan pasien kalau ada yang perlu dirujuk kami bawa ke sana,” kata Kuraisia menerangkan.
Menurutnya, saat ini semua korban telah ditangani dan sebagian telah dirujuk ke RS terdekat.
“Sudah tidak ada pasien di rumah sakit Bohong dan Puskesmas. Kami rujuk ibu Sherly bersama jenzah pak Benny Laos dengan Helikopter,” terangnya.
“Empat korban lainnya kami rujuk ke Luwuk, satu ke Ternate. Dan pak Hendrata ke Sula Via Kapal Ferry,” sambung Kepala Dinas Kesehatan, Kuraisia Marsaoly.
Kuraisia juga turut menyampaikan belasungkawa atas insiden tersebut hingga merenggut nyawa mendiang Benny Laos dan lainnya.
“Mohon maaf kami sudah berusaha,” kata Kuraisia mengakhiri. (Fik*)