Oleh : Cut Farah A.k Rahmat
(Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Ternate)
Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman, meresmikan 18 unit pembangunan pusat Kuliner Jole Majiko di kelurahan Dufa-dufa, Kecamatan Ternate Utara, Senin (7/7). Sebanyak 36 pedagang kuliner akan menempati fasilitas yang telah di bangun pemerintah untuk melakukan aktivitas jualan. (Nuansa Malut).
Keindahan infrastruktur Lapak Jole Majiko di Tulang Ikan Dufa-Dufa cukup baik, Sayangnya, telah menimbulkan ketidak nyamanan yang signifikan bagi warga dan pengendara sepeda motor akibat kurangnya perencanaan infrastruktur pendukung yang komprehensif, khususnya sistem drainase yang memadai.
Kepala dinas PUPR kota Ternate, Rus’an M Nur Taib, menambahkan setelah peresmian jalan di kawasan pusat kuliner dufa-dufa, konsepnya diubah dan dijadikan paving block karena jalan tersebut sudah satu arah. “ sehingga kendaraan yang melintasi dengan kecepatan tinggi harus dikurangi, dengan caranya ditingkatkan pasang paving block supaya ibu-ibu pedagang yang berjualan juga tidak terganggu. Dinas PUPR anggaran di tahun 2026 kurang lebih Rp 3 miliar lebih untuk penataan rehabilitas kawasan Jole Majiko, “tandas Rus’an (Nuansa Malut)
Akan tetapi, dengan di tingkatkan pemasangan paving blok di tulang ikan tersebut, tanpa adanya saluran air yang efektif dan berkapasitas besar menyebabkan genangan air yang cukup parah di Jalan Tulang Ikan, sehingga mengganggu aktivitas warga dan pengguna jalan secara substansial, menimbulkan keluhan yang meluas dan potensi bahaya kecelakaan yang serius, bahkan hingga potensi kerugian ekonomi bagi pedagang di sekitar lokasi karena akses jalan yang terhambat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Pemerintah Kota Ternate untuk segera mengambil tindakan perbaikan yang terencana dan terintegrasi, bukan hanya solusi sementara, dengan membangun sistem drainase yang terintegrasi dan efektif untuk mengatasi genangan air tersebut secara permanen.
Dengan pembangunan saluran drainase baru yang berkapasitas besar dan terhubung dengan sistem drainase kota yang lebih besar, Selain itu, penambahan rambu-rambu lalu lintas yang jelas dan lengkap, penerangan jalan yang memadai, dan bahkan pertimbangan untuk membangun pedestrian yang aman di sekitar lokasi juga perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan kenyamanan warga. Dengan demikian, keindahan Lapak Jole Majiko dapat dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat tanpa mengorbankan kenyamanan, keselamatan, dan aktivitas ekonomi warga sekitar. Partisipasi aktif masyarakat dalam mengawasi proses perbaikan dan perawatan infrastruktur juga sangat penting untuk keberhasilan jangka panjang proyek ini.
Masalah yang terjadi mencerminkan kurangnya penerapan prinsip-prinsip tata kota berkelanjutan dan partisipasi masyarakat. Perencanaan infrastruktur yang tidak komprehensif, khususnya terkait sistem drainase, menunjukkan kelemahan dalam tahap perencanaan dan analisis dampak lingkungan. Konsep transit-oriented development (TOD) yang seharusnya mengintegrasikan berbagai moda transportasi dan mempertimbangkan kebutuhan pejalan kaki, tampaknya juga kurang diterapkan. Kegagalan dalam mengantisipasi dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitar dan kurangnya koordinasi antar instansi terkait (PUPR, Dinas Perhubungan, dll.) juga menjadi faktor penyebab masalah ini.
Penerapan prinsip walkability dan accessibility juga perlu dipertimbangkan untuk memastikan kenyamanan dan keamanan semua pengguna jalan. Ke depan, penting untuk melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan proyek pembangunan infrastruktur sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.**